Menjadi bagian dari karya anak bangsa merupakan kebanggaan tersendiri bagi Tadeus Nugraha. Itulah sebabnya, dia bergabung dengan Go-Jek sejak medio 2015 sampai sekarang. “Saya merasa cocok dengan Go-Jek karena sama-sama orang Indonesia yang memiliki kultur sama. Go-Jek memperhatikan aspek kebersamaan dan kesejahteraan sosial,” ujar Tadeus yang sebelumnya pernah bekerja di Grab Taxi milik Malaysia, dan perusahaan teknologi informasi asal Belanda.
Sebagai VP Operation Go-Jek, tanggung jawab Tadeus mengurus setiap bagian operasional agar semua pekerjaan berjalan lancar. Tantangan yang banyak terjadi saat ini, banyak pengemudi nakal. Menurutnya, yang nakal ini perlu dididik dan didisiplinkan. Cara mendisiplinkannya bervariasi. Toh, belakangan ini cukup keras dalam menangani pengemudi nakal.
“Kami cukup terbuka dengan pengemudi. Kami berikan tindakan paling tegas untuk driver nakal. Kami bertindak sebagai orang tua kalau anak (driver) nakal, kami kasih peringatan baik-baik dan ada denda. Sanksi ini bukan bermaksud untuk menghukum, tapi lebih untuk mendidik dan membina pengemudi agar disiplin,” tutur pehobi bermain musik ini seraya menyebut hingga kini pengemudi Go-Jek seluruh Indonesia sekitar 200 ribu orang.
Diakui Tadeus, terobosan yang dilakukan Go-Jek bukanlah prestasinya pribadi. Sebab, Go-Jek bersifat egaliter dan segala sesuatunya dikerjakan bersama-sama. Hanya sistem saja yang dibenahi akhir-akhir ini supaya lebih transparan. “Kami juga perusahaan Indonesia, sehingga mengampanyekan marilah kita bangga menjadi bangsa Indonesia dengan karya anak bangsa. Itu tidak murni ide saya, tapi itu kami gabungkan untuk membuat keputusan bersama yang terbaik,” kata lulusan double degree dari Jurusan Elektrik & Enjiniring Elektronik Universitas Kristen Petra, Surabaya, dan Jurusan Elektrik, Elektronik & Enjiniring Komunikasi Fontys Hogescholen, Belanda ini.
Pencapaian yang pernah diraih dalam kariernya adalah paling bangga saat tim yang dibawahkan menunjukkan kinerja bagus. Dia mencontohkan keberhasilan tim saat melakukan rekrutmen massal di Gelora Bung Karno dalam 8 hari dengan kesiapan seperti sulapan saja. Dalam waktu singkat, Go-Jek bisa memperoleh banyak pengemudi untuk bergabung. Tim bisa menyiapkan dengan saksama dan dalam waktu singkat. Sekarang pun sudah bisa melakukan pembagian atribut untuk pengemudi dan penumpang.
Dengan keberhasilan yang diukir Go-Jek saat ini, pria kelahiran Surabaya pada Oktober 1984 itu turut bangga lantaran menjadi perusahaan TI yang dilirik. Go-Jek adalah aplikasi dari, oleh dan untuk bangsa Indonesia, serta dipasarkan oleh karyawan Indonesia.
Saat ditanya soal jenjang karier yang ingin dicapai, Tadeus mengatakan, posisinya di Go-Jek sudah cukup tinggi. Keinginannya cuma menciptakan suasana kerja yang nyaman dan enjoy di Go-Jek. Bila hal itu tercapai, targetnya dua tahun lagi, mereka dapat menikmati hasilnya. Jadi, mereka tidak perlu bekerja hingga larut malam, dan Tadeus bisa menjadi leader yang lebih baik, lebih arif, bijaksana, serta bermanfaat bagi semua.
Ke depan, atau dua-tiga tahun mendatang, Tadeus berharap Go-Jek dapat menjadi perusahaan yang lebih inspiratif dan perusahaan yang secara operasional bisa seperti Facebook atau Google. Meskipun ini dilakukan oleh orang Indonesia, Go-Jek bisa harum namanya di mata dunia. Karena Go-Jek sangat unik dan lokal. Jadi, ketika dibaca di majalah internasional misalnya, Go-Jek bisa masuk ke dalamnya, sehingga mampu mengundang investor ke Indonesia dan menyejahterakan rakyat Indonesia.
Nerissa Arviana/Eva M. Rahayu
The post Tadeus Nugraha appeared first on SWA.co.id.