Berawal dari pertemuan dengan Arief Widhiyasa, Chief Executive Officer Agate Studio, akhirnya Lee Marvin memutuskan bekerja di perusahaan startup game developer asal Bandung tersebut. Pertemuan itu pun tidak disengaja lantaran kedatangan Marvin, begitu pria itu disapa, sekadar untuk main ke Agate Studio. Nah, dari ngobrol-ngobrol itulah tercetus ucapan Arief bahwa Agate saat ini membutuhkan orang yang memiliki jiwa bisnis seperti Marvin.
Betul, dunia bisnis bagi Marivin bukanlah hal baru. Pria kelahiran Bandung 9 April 1991 ini, sejak kuliah sudah membuka bisnis kecil-kecilan di kampus, seperti menjual pulsa dan mendirikan usaha bakery, Rotimu, yang membidik pasar mahasiswa. “Hasilnya lumayan untuk menambah uang jajan saat itu,” cerita ulusan S-1 Manajemen Keuangan (2009) dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung ini.
Dengan pengalaman berbisnis itu memudahkan langkah Marvin untuk meniti tangga karier. Saat dia bergabung dengan Agate Studio, langsung didapuk sebagai Manajer Produk, dan Manajer Keuangan, sekaligus Chief Financial Officer Agate Studio. Nah, menjabat tiga posisi sekaligus memiliki tantangan tersendiri bagi Marvin, karena menurutnya, itulah serunya bekerja di perusahaan startup. Sebab satu orang dapat mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.
Menurutnya, sebagai manajer produk, dia bertanggung jawab langsung menangani penjualan di bisnis line. Lalu, sebagai CFO dia bertugas melaporkan performa manajemen kepada CEO, membuat perencanaan bisnis dan hal teknis lainnya. Sementara tugas sebagai manajer keuangan, Marvin menangani bidang akunting dan perpajakan.
Guna melatih skill yang dia miliki, Marvin mengadakan Talent Development Saturday (TDS) hari Sabtu sebulan sekali. “Di TDS semua karyawan diwajibkan mempresentasikan hal apa saja yang sudah mereka pelajari. Saya juga ikut presentasi agar skill saya meningkat,” tambahnya. Di bidang keuangan, Marvin mengasah kemampuannya dengan mengambil sertifikasi Chartered Financial Analyst dan lulus di level satu.
Kendati sibuk bekerja, Marvin masih sempat melakukan aktivitas yang menjadi kegemarannya. “Hobi saya main game, terutama game ketangkasan, seperti Dota 2. Selain itu, hobi saya baca buku,” ujar eksekutif muda yang mengaku buku favoritnya berjudul Good to Great karya James Collins.
Ke depan, disebutkan Marvin, fokus bisnis Agate Studio di bidang entertainment dan serious game. Ini sesuai dengan visi Agate Studio, yaitu: Bring Happiness into People’s Life – yang kebetulan sejalan dengan impian Marvin. Dia ingin mengantarkan kebahagiaan ke semua orang. “Nantinya saya dan tim mempunyai misi untuk menjadikan Agate Studio sebagai leading game developer di Indonesia tahun 2016,” ujarnya.
Eva M. Rahayu/Maria H. Azzahra
The post Lee Marvin appeared first on Majalah SWA Online.